Aku suka sekali menulis sejak kecil. Aku menulis karena aku jarang berbicara, jarang mengungkapkan perasaan, jarang mengajukan pertanyaan, takut untuk menjawab pertanyaan.
Diary yang aku punya dari aku SD sampai Kuliah banyak sekali, setiap tahun aku pasti membeli 1 buku besar dengan hardcover lucu. Aku hias dalamnya, setiap Diary punya design yang berbeda-beda, dan tentu cerita yang berbeda-beda. Setiap kegundahan atau kebahagiaan, kuceritakan, dalam Diaryku.
Setelah bekerja apalagi sudah menikah dan punya anak, aku tidak sempat untuk menulis. Atau tidak sempat untuk berkeluh kesah? Lagipula, sekarang social media adalah Diary, tempat orang menceritakan masalahnya, atau berbagi cerita mereka. Diary kini tidak lagi dibutuhkan. Orang sudah bahagia bila apa yang dipasang di timelinenya disukai banyak orang, dia lupa dia sedih. Atau saat dia berkeluh kesah masalahnya, ada banyak orang memberi dia support, orang itu juga akan merasa lebih baik. Banyak juga sebenarnya manfaat social media. Hahaha..
Jadii, yang sebenarnya ingin aku ceritakan adalah aku punya konflik, tapi aku gak punya Diary, jadi aku nulis di sini.
Jujur sebenarnya aku cukup takut untuk punya anak. Melihat dan merasakan pengalaman punya anak-anak yang 'bermasalah' itu, bikin aku takut, khawatir gak bisa hadapin itu, takut kecewa. Yaa, aku itu tipe orang yang takut kecewa, makanya aku cenderung sangat berhati-hati.
Aku mau punya anak 1 aja sih sebenernya, supaya bisa fokus bisa total ngurus dia dengan jiwa raga. Gak mau sampe dia ngerasa gak disayang atau kurang perhatian. Karena efeknya besar sekali untuk si anak tsb kedepannya. Aku takut banget dikecewain sama anak sendiri. Kayak apa yang dirasain Mama Papa aku.
Yaa, tapi sebenernya, semua tergantung dari banyak faktor. Cuma balik lagi kayak yang aku bilang tadi, aku cenderung takut dikecewain, makanya aku lakuin yang kuyakin bisa kulakuin ya fokus ngurus 1 anak aja (dulu). Mungkin 2-4 tahun lagi, kalau sudah yakin sanggup, baru nambah 1 lagi. InsyaAllah maksimal 2 anak aja, sepertinya saya sanggupnya segitu.
Krn suami anak tunggal, dia pengen punya anak lebih dari 1, katanya sepi. Sedangkan aku sudah biasa rame (4 bersaudara), malah pengennya hening, biar gak tambah berisik, hehe..
Semoga aku bisa menjadi orangtua yang amanah, cita-cita aku, mau punya anak yang bermanfaat untuk orang-orang di sekelilingnya dan menjadi salah satu anak yang mengharumkan nama bangsa dan negara kita ini. Amiin.
Diary yang aku punya dari aku SD sampai Kuliah banyak sekali, setiap tahun aku pasti membeli 1 buku besar dengan hardcover lucu. Aku hias dalamnya, setiap Diary punya design yang berbeda-beda, dan tentu cerita yang berbeda-beda. Setiap kegundahan atau kebahagiaan, kuceritakan, dalam Diaryku.
Setelah bekerja apalagi sudah menikah dan punya anak, aku tidak sempat untuk menulis. Atau tidak sempat untuk berkeluh kesah? Lagipula, sekarang social media adalah Diary, tempat orang menceritakan masalahnya, atau berbagi cerita mereka. Diary kini tidak lagi dibutuhkan. Orang sudah bahagia bila apa yang dipasang di timelinenya disukai banyak orang, dia lupa dia sedih. Atau saat dia berkeluh kesah masalahnya, ada banyak orang memberi dia support, orang itu juga akan merasa lebih baik. Banyak juga sebenarnya manfaat social media. Hahaha..
Jadii, yang sebenarnya ingin aku ceritakan adalah aku punya konflik, tapi aku gak punya Diary, jadi aku nulis di sini.
Jujur sebenarnya aku cukup takut untuk punya anak. Melihat dan merasakan pengalaman punya anak-anak yang 'bermasalah' itu, bikin aku takut, khawatir gak bisa hadapin itu, takut kecewa. Yaa, aku itu tipe orang yang takut kecewa, makanya aku cenderung sangat berhati-hati.
Aku mau punya anak 1 aja sih sebenernya, supaya bisa fokus bisa total ngurus dia dengan jiwa raga. Gak mau sampe dia ngerasa gak disayang atau kurang perhatian. Karena efeknya besar sekali untuk si anak tsb kedepannya. Aku takut banget dikecewain sama anak sendiri. Kayak apa yang dirasain Mama Papa aku.
Yaa, tapi sebenernya, semua tergantung dari banyak faktor. Cuma balik lagi kayak yang aku bilang tadi, aku cenderung takut dikecewain, makanya aku lakuin yang kuyakin bisa kulakuin ya fokus ngurus 1 anak aja (dulu). Mungkin 2-4 tahun lagi, kalau sudah yakin sanggup, baru nambah 1 lagi. InsyaAllah maksimal 2 anak aja, sepertinya saya sanggupnya segitu.
Krn suami anak tunggal, dia pengen punya anak lebih dari 1, katanya sepi. Sedangkan aku sudah biasa rame (4 bersaudara), malah pengennya hening, biar gak tambah berisik, hehe..
Semoga aku bisa menjadi orangtua yang amanah, cita-cita aku, mau punya anak yang bermanfaat untuk orang-orang di sekelilingnya dan menjadi salah satu anak yang mengharumkan nama bangsa dan negara kita ini. Amiin.