Ratusan lembar kertas tisu berserakan di sekelilingku. Entah sejak pukul berapa aku menangis, aku sendiri tak ingat. Ketika kumulai lelah menangis, akhirnya akupun tertidur. Ketika kuterbangun karena mimpi buruk itu, sekejap kemudian.... air mata kembali ramai meluncur di pipi tembamku. Entah sampai kapan aku berhenti untuk menangisi hal ini, aku sendiri lagi-lagi tak tahu. Aku hanya berusaha bijak dengan menuruti setiap inginnya hatiku. Terserah apa kata setiap lidah yang bilang kalau aku ini egois. Aku tak peduli. Sudah terlalu lelah aku hidup sebagai seorang perempuan tegar. Kini, aku ingin menangis semauku. Selama yang kuingin. Sekeras yang kuingin. lakukan apapun yang kuingin.
Persediaan tisuku sudah habis. Bagiku itu tidak sedikitpun susutkan kemauan kerasku untuk menangis. Aku mencari sesuatu yang dapat mengusap air mataku dan mengelap ingus yang juga keluar dari hidungku. Aku tetap menangis dan akan terus mengangis. Bukan karena aku ini wanita lemah dan bukan karena aku ini seorang yang sensitif. Seperti yang tadi kukatakan. Apa yang kuingin saat ini adalah tidak berhenti menangis. Aku menangisi matiku.